Bagaimana Cara Membaca CT Scan Kepala
Bagaimana Cara Membaca
CT Scan Kepala
Andrew DP
Prinsip dasar dari CT
Scan
Prinsip dasar radiografi adalah
pernyataan sebagai berikut: sinar-X
diserap ke derajat yang berbeda oleh jaringan yang berbeda. Jaringan padat
seperti tulang menyerap sebagian besar sinar-x, sehingga hanya sedikit sinar
yang menembus atau melewati bagian tubuh yang sedang diamati yang seterusnya di
teruskan ke film atau set detektor. Sebaliknya, jaringan dengan kepadatan
rendah (misalnya, udara dan lemak) hampir tidak menyerap sinar-x, sehingga
sebagian besar akan tertangkap film atau detektor. Radiografi konvensional
adalah gambar dua dimensi dari struktur tiga dimensi; mereka bergantung pada
jumlah kepadatan jaringan yang ditembus oleh sinar-x ketika melalui tubuh.
Perlu dicatat bahwa dalam radiografi polos, benda padat, karena mereka
cenderung untuk menyerap lebih banyak sinar-x, bisa mengaburkan atau mengurangi
densitas objek.
Berlawanan dengan radiografi
konvensional, sumber sinar-x dan
detektor CT scan terletak 180 derajat berhadapan satu sama lain, bergerak 360
derajat mengitari pasien, terus-menerus mendeteksi dan mengirimkan informasi
tentang redaman sinar-x ketika mereka melalui tubuh. Sinar-x yang digunakan
sangat tipis, sehingga dapat meminimalkan tingkat pencar atau kekaburan seperti
yang terjadi pada radiografi konvensional. Dalam CT, kita dapat memanipulasi
komputer dan mengintegrasikan data yang diperoleh dan memberikan nilai-nilai
numerik berdasarkan perbedaan tingkat redaman sinar-x. Berdasarkan nilai-nilai
ini, gambar grey-scale aksial yang dihasilkan dapat membedakan antar objek
bahkan dengan perbedaan densitas yang kecil.
KOEFISIEN REDAMAN
Jaringan yang ada di masing-masing
unit gambar (disebut piksel) menyerap sinar-x yang melewatinya (misalnya tulang
menyerap banyak, udara hampir tidak menyerap). Kemampuan untuk menghalangi
sinar-x ketika melewati suatu benda dikenal sebagai atenuasi. Untuk jaringan tubuh tertentu, jumlah redaman relative
konstan dan dikenal sebagai koefisien
redaman jaringan.
Dalam CT, koefisien redaman ini dipetakan ke dalam skala antara -1000
Hounsfield Unit [HU] (udara) sampai +1000 HU (tulang) (box 69-1). Skala ini
adalah skala Hounsfield (untuk menghormati Sir Jeffrey Hounsfield, yang
menerima hadiah Nobel atas karya rintisannya
dengan teknologi ini).
Tabel.
69-1
Gambaran dan Densitas jaringan dalam
CT Kepala
|
Gambaran
·
Hitam →→ →→ →→ →→ →→
Putih
·
-1000 HU →→ →→ →→ →→ →→ +1000
HU
·
Udara, lemak, CSF, white
matter, gray matter, perdarahan akut, tulang
Densitas
penting
·
Udara = -1000 HU
·
Air = 0 HU
·
Tulang = +1000 HU
|
CSF
= cairan serebrospinal, HU = Hounsfield units
Windowing
Window-ing memungkinkan pembaca CT scan lebih
fokus pada jaringan tertentu dalam CT scan yang jatuh dalam parameter set.
Jaringan yang diamati dapat dituangkan dalam gambaran hitam dan putih, bukan
dalam skala abu-abu. Dengan teknik ini, perbedaan yang kecil dalam hal densitas
jaringan bisa dimaksimalkan. Gambar yang ditampilkan akan tergantung pada pemusatan window dan luasnya winsow. Kebanyakan
CT dioptimalkan untuk otak, darah dan tulang
Gambar.
69-1. CT Scan Windowing; A.
Brain. B. Blood. C. Bone.
Artefak
Pada CT otak terdapat beberapa efek artefak yang berpotensi
mengganggu interpretasi hasil. Selain gerakan dan artefak logam
(self-explanatory), dua macam hal yang paling sering menyebabkan artefak adalah
beam hardening dan volume rata-rata. Hal ini penting untuk dipahami dan
diidentifikasi, karena keduanya dapat menyerupai keadaan patologi serta
menghaburkan temuan yang sebenarnya sehinga menjadi tidak jelas.
Beam hardening adalah fenomena yang
menyebabkan sinyal abnormal ketika sifat hipodens dari jaringan otak menyerupai
kepadatan tulang. Pada fossa posterior, dimana terdapat tulang yang sangat
padat mengelilingi otak, sangat mendukung terjadinya fenomena ini. Hal ini
tampak sebagai garis hiper atau hypodensitas yang dapat mengaburkan batang otak
dan otak kecil. Meskipun beam hardening dapat dikurangi dengan filter, tetapi hal
ini tidak bisa dihilangkan.
Volume rata-rata (juga disebut
volume artefak parsial) muncul ketika daerah yang dicitrakan mengandung
berbagai jenis jaringan (misalnya, tulang dan otak). Untuk unit gambar
tertentu, piksel yang dihasilkan akan mewakili kepadatan objek yang diperiksa.
sebagai contoh otak dan tulang, tingkat kepadatan diantara
tulang dan otak akan menghasilkan tampilan densitas seperti darah. Sama seperti
beam hardening, suatu teknik tertentu dapat meminimalkan jenis artefak
(misalnya, ketebalan irisan, algoritma komputer), tetapi tidak bisa
menghilangkan artefak, terutama di fossa posterior.
Neuroanatomi Normal
Dilihat Dari CT Scan Kepala
Sama seperti interpretasi radiologi
dari semua bagian tubuh, suatu pengetahuan tentang struktur anatomi yang normal
dan lokasinya merupakan kemampuan dasar yang penting bagi klinisi dalam
mendeteksi keadaan patologis. Tak terkecuali pada CT Scan kepala. Yang penting
dalam penafsiran CT Scan kepala adalah pengenalan dengan berbagai struktur,
mulai dari daerah parenkim seperti ganglia basalis sampai pembuluh darah,
cisterns, dan ventrikel. Disisi lain, mengetahui area fungsional neurologi otak
membantu kita dalam membandingkan hasil CT Scan dengan temuan yang didapatkan
pada pemeriksaan fisik.
Meskipun pengetahuan tentang
neuroanatomi kranial dan gambaran CT sudah banyak di ranah neuroradiologist,
namun pengetahuan tentang struktur, daerah, dan temuan yang diharapkan dalam
interpretasi hasil dari CT scan sangat tergantung pada EP. Gambar 69-2 sampai
69-5 menunjukkan struktur normal dari CT scan kepala.
MENGIDENTIFIKASI CNS PATOLOGI PADA CT SCAN KEPALA
Dalam mencari suatu kelainan secara
sistematis, sejumlah teknik dapat digunakan dalam menilai gambaran CT Scan
kepala. Beberapa pakar merekomendasikan teknik "center-out", di mana
penilaian dimulai dari bagian tengah otak ke luar. Pakar yang lainnya
menganjurkan pendekatan berorientasikan masalah, yaitu berdasarkan riwayat
klinis untuk mengarahkan pemeriksa pada bagian tertentu dari hasil scan.
Menurut pengalaman penulis, kedua hal tersebut memiliki keterbatasan terlebih
bagi klinisi yang tidak sering meninjau hasil scan. Sebuah metode khusus, yang
telah diperkenalkan di ED,2 adalah dengan menggunakan mnemonik "blood can be very bad "(Kotak
69-2). Dalam mnemonic ini, huruf pertama dari setiap kata menuntut dokter untuk
mencari bagian yang patologi dari CT scan kepala. Dokter dituntut untuk
menggunakan seluruh mnemonik saat memeriksa CT scan kepala karena menemukan
satu keadaan patologis tidak menyingkirkan temuan yang lain.Berikut
ini adalahpenjelasan rinci tentangkomponenmnemonic.
Kotak
69-2
Mnemonik “Blood Can Be Very Bad”
|
Darah - perdarahan akut tampak hiperdens (putih terang) pada CT. Ini
dikarenakan molekul globin relatif padat dan efektif menyerap sinar-x.
Setelah perdarahan terhenti dan globin rusak, ini menyebabkan hilangnya sifat
hiperdens, yang dimulai dari tepi.
Cisterna
- cairan serebro spinal yang menyelimuti brain; empat komponen cistern yang harus dinilai;
darah, kesimetrisan, effacement ( peningkatan tekanan intrakrranial):
-
Circummesencepalik-
ring cairan serebrospinalis menyelimuti otak tengah; pertama kali terkena
saat terjadi peningkatan tekanan intrakranial
-
Suprasellar-tempat
sirkulum willis; predileksi terjadinya subarachnoid hemoragik karena
aneurisma.
-
Quadrigeminal-bentuk
W pada bagian atas otak tengah; rostocaudal herniasi
-
Sylvian-diantara
lobus temporal dan lobus frontal; tempat tersering terjadi trauma dan
aneurisma otak tengah bagian distal dan perdarahan subareachnoid.
Otak – yang dinilai:
-
Simetris-girus pada orang dewasa dan simetris dari sisi ke sisi
-
Gray-white differentiation-tanda awal aneurisma cerebrovaskular adalah
berkurangnya gray-white differentiation; lesi metastaseditemukan pada batas
gray-white
-
Shift- garis tengah pada falk serebri
-
Hiper/hipodens- peningkatan densitas terjadi karena darah, kalsifikasi,
media kontras intravena; berkurangnya densitas karena udara/gas
(pneumochepalus), lemak, iskemik (aneurisma), tumor
Ventrikel – dilatasi (hidrochepalus) atau kompresi/pergeseran;
Tulang – densitas tinggi pada CT Scan; diagnosis fraktur harus
dibedakan dengan sutura.
|
Darah
Penampakan
darah pada CT Scan kepala tergantung pada lokasi
dan ukurannya. Perdarahan
akut akan tampak hyperdense (putih terang) pada
gambaran CT Scan kepala. Hal ini disebabkan karena globin memiliki molekul relative padat, dan
karenanya secara efektif
menyerap
sinar sinar-x. Perdarahan akut biasanyadi kisaran HU 50
sampai 100. Setelah perdarahan terjadi dalam waktu yang lebih lama dan molekul globin rusak, hal ini akan
memungkinkan darah kehilangan hyperdensitasnya, yang
dimulai dari tepi ketengah. Pada CT scan,darah akan menjadi isodense dengan
jaringan otak dalam
1sampai 2 minggu,
tergantung pada ukuran bekuan
darah,
dan akan menjadi hipodens dibandingkan jaringan otak sekitar 2 sampai 3 minggu (Gambar.69-6).
Lokalisasi yang tepat dari perdarahan penting dalam mengidentifikasi temuan
yang ada (Gbr. 69-7).
Epidural hematoma, subdural hematoma,
perdarahan intraparenchymal, dan perdarahan subarachnoid memiliki gambaran yang berbeda pada CT scan, serta etiologi yang berbeda, komplikasi,
dan kondisi yang berkaitan.
Epidural
Hematoma
Epidural
hematom yang paling sering terlihat sebagai kumpulan darah seperti lensa
(bikonveks), biasanya melebihi konveksitas otak. Epidural hematoma tidak akan
melewati garis sutura, dikarenakan terdapat duramater di bawahnya. Epidural
hematoma timbul terutama (85%) karena laserasi arteri (tersering arteri
meningea media) akibat trauma langsung. Sebagian kecil berasal injuri lain pada
arteri maupun vena.
Subdural Hematoma
Subdural
hematoma muncul sebagai gambaran cresent atau bulan sabit, biasanya melebihi
konveksitas otak. Subdural hematoma juga dapat terlihat pada fisura
interhemisfer atau sepanjang tentorium. Berlawanan dengan epidural hematoma,
hematoma subdural akan melewati garis sutura, karena tidak ada batasan anatomi
aliran darah di bawah duramater. Hematoma subdural dapat berupa lesi akut
ataupun kronis. Keduanya terjadi terutama akibat dirsupsi permukaan dan atau
bridging vein, dampak dari kerusakan tersebut biasanya jauh lebih tinggi pada
lesi akut. Dengan demikian, hal ini sering disertai dengan cedera otak parah,
sehingga memiliki prognosis yang lebih buruk dibandingkan dengan epidural
hematom.
Hematoma
subdural kronis, berbeda dengan hematoma subdural akut, biasanya diikuti
kerusakan yang lebih kecil dibandingkan hematoma subdural akut. Dalam hal untuk
memperlambat aliran vena setelah injuri tertutup pada cedera kepala ringan,
gumpalan darah secara bertahap menumpuk, dan akan
terjadi kompensasi. Bekuan
darah akan terbungkus dalam membran
pembuluh darah yang rapuh, Namun, pasien-pasien ini berada pada risiko tinggi
terjadinya perdarahan ulang akibat trauma minor
tambahan. Subdural kronis yang densitasnya menyerupai
otak sangat sulit untuk dideteksi pada CT Scan, pada kasus ini kontras bisa digunakan untuk melihat kedaan membran vaskular
disekelilingnya.
Perdarahan intraparenkim
CT
Scan kepala dipercaya bias mengidentifikasi intraparenchymal (atau intraserebral)
hematoma sekecil 5mm. Ini tampak sebagai daerah densitas tinggipada CT scan, biasanya dengan efek massa jauh lebih sedikit dibandingkan ukuran sebenarnya. Perdarahan intraparenkim yang disebabkan trauma dapat segera terlihat setelah cedera, atau
baru muncul beberapa saat setelah terjadi pembengkakan. Selain
itu, memar dapat membesar dan lebih
menonjol dalam
2 sampai 4 hari. Memar traumatis paling sering terjadi di daerah penonjolan tulang (misalnya, temporal, frontal, oksipital).
Berbeda
dengan lesi traumatik, perdarahan akibat lesi nontraumatic terjadi karena penyaki thipertensi yang biasanya terlihat pada pasien usia lanjut dan terjadi
paling
sering terjadi di area basal ganglia. Pendarahan
dari lesi tersebut dapat mengalir ke dalam ruang
ventrikel,
dengan temuan berupa intraventricular hemoragik pada CT Scan. Perdarahan fossa posterior (misalnya, serebelar)
dapat mengenai
batang otak (pons, pedunkel
serebelar) atau pecah ke
dalam ventrikel keempat. Selain karena hipertensi, intraparenkimal
hemoragik dapat disebabkan oleh malformasi arteriovenous, perdarahan
dari tumor, amiloid
angiopati, atau aneurisma yang pecah ke dalam substansi otak dibandingkan ke
ruang subarachnoid.
Intraventrikular
Hemoragik
Perdarahan
intraventrikular bisa karena traumatik atau sekunder dari perdarahan
intraparenkimal atau perdarahan
subarachnoid dengan ruptur ventrikel. Perdarahan ini terlihat sebagai densitas
putih didalam ruang ventrikel (normal hitam), hal ini berkaitan dengan outcome
yang buruk dalam kasus-kasus trauma (gejala yang
muncul tidak sebanding dengan penyebabnya). Hidrocephalus
merupakan manifestasi akhir tanpa melihat etiologinya. Cairan serebrospinal
(CSF) diproduksi di ventrikel lateral sebanyak 0,5-1 mL per menit, dan ini
terus berlangsung walaupun terjadi peningkatan tekanan intraventikular. Terjadi
hambatan pada setiap titik di jalur CSF (ventrikel lateral → foramen Monro →
ventrikel 3 → saluran Sylvius
→ ventrikel 4 → foramen Luschka dan Magendie → cisterns
→ granulasi arachnoid) akan menghasilkan hidrosefalus, berhubungan dengan
peningkatan tekanan intrakranial dan berpotensi terjadinya herniasi.
Komentar
Posting Komentar